Monday, November 20, 2006

Catatan toejoeh poeloeh enam

Jumat, 29 September 2006. Hari ini adalah hari pertamaku mengajar di Sekolah Dasar di desa Penyabangan. Kegiatan yang dulunya tak kusukai, saat di mana ku melihat betapa malangnya nasib ibu dan bapakku sebagai guru dulu. Sehingga tak terlintas dalam benakku untuk menjadi guru. Gajinya terlalu kecil untuk pengorbanan mereka. Tapi, ada semangat yang terwariskan dan tak ku mengerti sebelumnya namun aku akhirnya toh aku menikmati mengajar di sekolah minggu dan kelompok-kelompok belajar anak-anak. Ya, aku akhirnya menelan ludahku sendiri. Akupun menjadi pengajar tetap di sebuah perguruan tinggi negeri, walau ku tahu bahwa gajinya tetap kecil. Menimbulkan rasa cemburuku kepada para pegawai di instansi milik negara lainnya seperti pertambangan dan perbankan. Padahal mereka bisa karena lewat perguruan tinggi? Logikanya terbalik. Tapi tak apalah, aku tak tahu semangat apa yang menjalari tubuhku, namun aku bertekad untuk memberikan apa yang ku punya kepada bangsaku. Bombastis kedengarannya dan klise, memang. Tapi, itulah aku. Anak seorang guru yang akhirnya menjadi guru walau tanpa gaji. Ya, di sekolah dasar ini aku mengajar tanpa digaji dan memang tak ingin digaji. Ku rasa cukup beasiswa yang kudapatkan dari pemerintah Australia untuk kebutuhanku, mengapa aku harus mengeksploitasi anak-anak bangsa yang kebanyakan terlahir dari keluarga tak berkecukupan? Perjumpaan pertama terasa kikuk. Wajar! Tanpa kikuk kita tak merasakan bagaimana nikmatnya proses adaptasi, sebuah tahap dari evolusi. Aku mencari cara untuk mengikuti irama belajar anak-anak dan di lain pihak aku menyisipkannya dengan gayaku. Kelihatannya anak-anak menikmatinya. Pelajaran pertama adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Well, maksud kedatanganku sebelumnya adalah untuk mengajar entah matematika atau Bahasa Inggris. Materi yang sudah disepakati dan telah dipersiapkan sebelumnya. Sesampainya di sekolah, seorang ibu guru mendekati dan memintaku mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, kaget sebentar namun akhirnya ku menyetujuinya. Sesaat sebelum masuk kelas si ibu tiba-tiba mengingat sesuatu. Dia buru-buru ke kelas dan meninggalkanku di luar. Sebuah buku di tangannya saat dia balik. Diapun meminta maaf bahwa sebenarnya jam pelajaran waktu itu adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Akupun kaget lagi. Sesaat kemudian aku meminta waktu sejenak dari sang guru sambil membaca buku materi IPA yang dibawa ibu guru. Akhirnya akupun mengajar IPA, materi hari itu adalah tentang kandungan gizi dalam makanan.
catatan tambahan: Aku mengajar di SD 1 Penyabangan hanya sebulan. Itupun hanya tiga kali dalam seminggu, bila aku tak sibuk dengan kegiatan rutinku. Sedih juga meninggalkan mereka...

No comments: