Sunday, October 28, 2007

Catatan seratoes tiga poeloeh tiga

28 Oktober 2007

When I step on October 28, I don’t only remember on heroic things happened in Indonesia history, but I also remember the one who encouraged me to be proud of being Indonesian, which I believe he never noticed about that. They have a strong connection, however. Sumpah Pemuda or Youth Pledge was declared by several Indonesian nationalists in 1928. Seventeen years before The Indonesian Declaration of Independence. The commitment was we have one blood-the Indonesian homeland, one people- The Indonesian nation and a unifying language-bahasa Indonesia. A pride of being Indonesian is simply portrayed in those three guiding principles.

If there is someone who can be nominated as a motivator among scientists in South and South East Asian regions I would choose Jorgen Hylleberg, an emeritus professor in Aarhus University Denmark. What is the connection between him and my pride of being Indonesian as stated in The Youth Pledge? He initiated the Tropical Marine Mollusc Programme funded by Danish Government that ended few years ago, unfortunately. It looks just a small scope of study and perhaps its just a yearly meeting of people who study marine shells. However, it actually has lots of meaning and benefits for being part of it, especially of scientists from these aforementioned regions. Jorgen was the one who initiated to encourage scientists not to be a stranger in their own country. Everybody was equal and there was no (western) domination as happened in lots of other similar congresses. Along with the meetings, Jorgen also recruited students to pursue Master degree in Aarhus University as part of TMMP project. Some even could continue to PhD. All were forced to do research and (of course)to publish it. Jorgen didn’t work alone. He was equipped by his lovely wife Karen, who showed love and care in every occasion.
Today is his birthday! I remember, ten years ago we celebrated it in his lovely house at countryside outside Aarhus. It was already long time, huh? Well, Tillykke med Fødselsdagen, Big knight!

Wednesday, October 17, 2007

Catatan seratoes tiga poeloeh doea

Rabu, 17 Oktober 2007

Hari ini ku coba mengeja hari hariku bersama Mama Ani ku yang berpulang semalam. Terlalu sedikit waktuku bersamanya. Terlalu banyak waktuku jauh dari beliau. Semestinya tanggal 16 Oktober selayaknya aku gembira, merasakan kebahagiaan adikku, Olmy yang berulang tahun. Tapi, tak banyak yang kami bisa share sejak telepon ibu yang mengabarkan bahwa Mama Ani Pop telah meninggal. Ku ingat saat terakhir aku bicara dengan beliau di ruang makan rumah dinas tentara. Rumah yang didiami beberapa puluh tahun dan kemudian harus ditinggalkan karena Papa Ani yang tentara sudah tak bertugas lagi. Dia bahkan telah berpulang lebih dulu. Di ruangan itu Mama Ani menumpahkan kesahnya. Betapa dia sangat terpukul sejak kepergian Papa Ani. Padahal hal itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Terlalu berat beban yang dia pikul. Ku selalu berusaha mengalihkan perasaannya dengan cerita-cerita ringan, tapi malah aku yang hanyut bersamanya. Berpuluh tahun aku tak mengetahui bagaimana Papa Ani ku sampai beliau pergi. Ma Ani berhasil mengais setiap serpihan kenangan, meramunya dan dibagikan kepadaku dalam sebuah lantunan cerita pahit. Ya, kuingat itu. Kuingat juga saat dia tersenyum sesaat ketika dia mengatakan: kau sudah makin dewasa sekarang! Dia terlalu sabar! Dia banyak memendam marah! Aku tak tahu kalau sebelumnya begitu banyak duri di sepanjang jalannya. Wajahnya terlalu rapi menyembunyikan kesahnya. Kalau dia tak bercerita, aku tak pernah tahu kepedihannya.

Saat ini dia pergi. Kepergiannya saat aku terlalu jauh menjamah jasadnya. Hal yang sama juga waktu Papa Ani ku berpulang sepuluh tahun lalu. Kenapa mereka berpulang di saat aku tak dekat? Buku mu telah kau tutup, padahal belum semua cerita kau sampaikan padaku.

Thursday, October 11, 2007

Catatan seratoes tiga poeloeh satoe

Pikirku acara tadi itu cuma seminar biasa. Tak ada apa-apanya. Seminar dan pemaparan inovasi atau apa saja yang berhubungan dengan kemajuan sains. Ternyata,.... well, ternyata seminarnya memang biasa namun dikemas dengan cara lebih dari biasa. Di mana di negeri Indonesia kalau seminar didahului dengan minum bir? Bukan., bukan maksudku memaksakan bahwa minum bir sebelum dan saat berlangsungnya seminar adalah hal yang baik! Bukan juga maksudku mengatakan bahwa yang dilakukan orang Australia salah! Bukan! Maksud cerita ini adalah, ternyata bukan hanya di Indonesia saja dimana orang-orang susah diundang untuk berbicara serius seperti menghadiri seminar, misalnya. Ternyata, harus ada cara yang lebih bersifat "fun" untuk memancing ikan masuk ya? Dan, Australia memiliki caranya sendiri, memancing ikan dengan bir dan barbeque.