Wednesday, December 07, 2005

Catatan sembilanbelas

5 Desember 2005 Di dalam bus saat pulang dari kampus Barangkali yang kunaiki adalah bus yang sama namun dari rutinitas ini aku menarik sesuatu yang, bagiku, kuanggap unik. Kenapa ku bilang rutinitas? Karena disamping aku meniki bus dengan nomor yang sama aku juga bertemu dengan orang-orang yang sama. Orang yang memiliki jam sama saat pulang dan kadang juga saat datang dan pergi ke kantor denganku. Yang jelas mereka searah denganku, entah aku atau mereka yang turun duluan. Menyimak lebih jauh rutinitas ini, ku berpikir bahwa sebetulnya rutinitas adalah kegiatan entah berpikir atau gerak badan ataupun tidur yang sengaja dijadwalkan manusia dalam kehidupan kesehariannya. Maksud awal sebuah rutinitas adalah mendapatkan waktu yang pas saat kerja atau beraktifitas dan juga mencari waktu luang saat tidak beraktifitas. Barangkali ini masih terlalu abstrak. Namun, by doing this, manusia setidaknya mendapatkan mengalokasikan waktunya sendiri entah untuk pekerjaan atau hal lainnya. Namun, rutinitas yang sebelumnya dirancang untuk mempermudah namun kadang (atau boleh kukatakan sering) membosankan. Sebagai mahasiswa yang rutin belajar dan sebagai pekerja toko yang rutin melayani memiliki kebosanan masing-masing. Namun keduanya tetap bosan. Hari ulang tahun juga adalah hal yang rutin dirayakan. Bedanya ke-rutinan (jika aku tidak salah mengaplikasikan bahas Indonesiaku) itu berjarak setahun. Apakah hal itu bisa dikatakan rutin, layaknya ritual rutin yang sering dirayakan oleh umat beragama? Ritual yang kadang melupakan makna?Ya... hari ini adalah ulang tahun anakku. Kuingat benar dia yang tidak sempat kutatap lekat-lekat saat dia lahir, aku tersibuki oleh hal yang yang kubenci tapi harus kulakukan. Ku tak bisa mengingat lebih jauh saat ku mengintip ruangan (ruangan saja) tempat melahirkan. Ku ingat saat sang dokter mengangkat satu kaki anakku, memindahkan dia dari ruang persalinan ke tempat mandi. Saat dia menyerahkan anakku ke suster dan ... aku tak tahu lagi apa yang terjadi walaupun saat itu anak itu sudah dekat denganku. Begitu banyak sanak saudara di sekitar ruang persalinan tapi tak bisa ku minta tolong. Minta tolong ke apotik untuk membeli keperluan yang tertinggal. Apotik yang jauh dijangkau. Mereka terlalu excited, excited menyaksikan anakku. Sehingga melupakan aku yang ingin sekali memeluk anakku setelah penantian yang begitu panjang. Aku gelisah menjelang kelahirannya. Selama perjalanan ke apotik aku membayangkan, ya... membayangkan saja, bagaimana anakku menangis waktu dimandikan. Terlalu jauh rasanya perjalanan itu karena saat ku kembali semuanya mengeja kesenangannya sendiri sementara anakku... anakku sudah tidak ada di ruang mandi lagi. Dia dibawa entah kemana oleh sang suster.

No comments: