Tuesday, January 13, 2009

Catatan seratoes lima poeloeh empat



Tentang perang, kapal tenggelam dan pers Indonesia yang meliputnya


tulisan ini ditulis saat 'menikmati' hentakan ex-cyclone Charlotte

Media modern memang mampu meramu cerita perang menjadi lebih dramatis. Dalam sedetik air mata berlinang saat mendengar kata yang di eja satu satu bersama tayangan dramatis yang dibuat slow-motion, diambil dari berbagai sudut dan sesekali wajah manusia yang meraung, meringis di antara ledakan bom yang melantakkan kota. Dahsyat memang. Entah direkayasa atau tidak (seperti konon Amerika pernah merekayasa cerita tentang teluk yang tercemar akibat ledakan roket Irak), tayangan seperti ini memang sebaiknya ditonton oleh mereka yang dewasa dan masih waras (aku tak menyarankan anak-anak menikmati kesengsaraan dalam hayal sekalipun). Bahwa, perang, apapun dalihnya adalah keliru! Aku tak mau berpolemik tentang dalih, aku mau berpolemik tentang perang. Karena dalih bisa diselesaikan tanpa perang. Perang adalah kehancuran, tak ada pemimpin perang yang tak mengetahuinya tapi pikiran itu tertutup rapat dengan celoteh tentang harga diri yang diramu dengan mimik memelas. Dalam sekejap sebuah peradaban hilang. Walaupun akan muncul peradaban baru, namun nilai individual manusia berada di titik nadir di saat perang bergejolak. Padahal, manusia diagungkan memiliki nalar dan tak selayaknya disejajarkan dengan babi dan kambing!

Kembali ke sepak terjang media modern. Betapa takjubnya aku. Tak sampai sehari, manusia di berbagai belahan dunia akan bisa menjejak setiap jengkal sudut-sudut Gaza, merekam raut wajah merinding ibu-anak dan pada saat yang sama di seberang sana, tentara Israel memacu pesawat pengebom lepas landas menuju Gaza. Sedetik kemudian terlihat suasana kota Jakarta dan berbagai kota di dunia dengan demo besar-besaran menantang serangan Israel. Kemudian, tayangan balik lagi ke roket-roket Hamas yang ‘sukses’ mengelabui Israel. Itulah tayangan yang umum di semua TV, tak ketinggalan juga di Indonesia. Yang membedakannya barangkali adalah, agaknya tayangan ini lebih banyak porsinya di televisi dan media internet Indonesia daripada tayangan berita dalam negeri (ketika aku membandingkannya dengan berita Channel 7 dan Channel 9 tadi pagi plus berita koran online Australia). Aku langsung berpikir, ada apa dibalik itu? Jelas, setiap berita tentu memiliki pesan. Namun agaknya bukan pesan yang aku kesalkan disini, but something else. Ku abaikan cerita keganasan Israel, ku buka sebuah harian lokal Indonesia. What??? 250 orang tenggelam di kapal yang melayari selat Makassar? Ku cari di media-media tenar online. Di manakah beritanya? Kuingin mendapatkan informasi dari sanak saudaraku sendiri, darah kandungku sendiri, anak bangsaku sendiri, tapi di mana? Mereka hilang di antara tayangan roket dan bom Israel-Hamas. Mereka hilang diantara Ronaldo yang kehilangan Ferrari dan sekaligus menjadi pemain terbaik dunia. Mereka hilang di tengah kemeriahan golden globe. Mereka hilang diantara pidato politikus opportunis. Mereka tenggelam! Dua ratus lima puluh saudara kita sendiri hilang, tak pedulikah kita? Apakah berita itu tak cukup kuat buat pers kita?... Ini jawaban sesalku.

Aku tak mau berdemo, tapi aku mau berdoa. Semoga saudara-saudaraku selamat. Lord, please help them! I beg you, Lord!

image source: http://www.tunbridgewells.gov.uk/upload/public/docimages/image/c/e/k/the%20shipwreck.jpg

No comments: