Sunday, October 12, 2008

Catatan seratoes empat poeloeh sembilan

Rumah bukan hanya tempat raga bernaung tapi juga di mana hati bermukim Itu kira-kira yang aku tangkap dari sebuah tulisan tentang seorang artis yang memilih tinggal di tempat yang jauh dari hiruk pikuk walau resikonya dia harus berada jauh dari tempat kerja. Memilih rumah adalah kehendak pribadi masing-masiang, sejauh orang itu memiliki kemampuan memilih. Banyak yang tak memiliki kemampuan memilih (dalam hal ini pilihan itu ditentukan oleh kemampuan finansial) dan tentu tak pernah memimpikan tubuhnya berada di kolong jembatan atau di emperan toko. Tapi bagi mereka yang sanggup memilih (sekali lagi diukur oleh kemampuan finansial), banyak yang masih tak bisa membuat rumah untuk hatinya walaupun tubuhnya ternaungi. Hati memang tak bisa diam, dia sering ke mana-mana. Tapi, dia tetap menginginkan tempat berteduh dan tidur! Sehingga dalam tubuh yang berselimut hangat sekalipun, hati masih tetap meraung bertanya, apakah ini memang rumahku?

3 comments:

Anonymous said...

Betul, skali2 juga kita perlu memilih tinggal jauh dari keramaian kota dan kesibukan rutinitas (termasuk mangada thesis hee,... ) Perlu waktu untuk meditasi, menjernihkan pikiran, memanjakan perasaan, memberi award buat tubuh dan roh kita yang sudah banyak lelah, karna diri qta tidak punya cadangan lain selain tubuh, jiwa yang fana (perish)... Ok mate' selamat berkontemplasi haa...haa (salam, Opo Lokon - Canberra)

Unknown said...

Huahaha.... kong kiapa kwa pake anonymous dang?

Unknown said...

sorry bos, ini atik pe email. Kalo boleh invite akang di milis IK. Soalnya so talalu banya yg maso di email satu, please.(opo lokon)