Wednesday, December 27, 2006
Catatan sembilan poeloeh lima
Rabu, 27 Desember 2006
Catatan khusus: Natal tahun ini
24 Desember:
Jam 4.30 sore akhirnya selesai sudah kerja part timeku. Kerja yang kujalani selama empat hari sebelumnya. Kupikir aku kan pulang subuh seperti yang kualami tahun lalu. Ternyata tidak, yang paling late saat ku pulang rumah adalah jam 1 malam. Istriku kerja di siang hari, sehingga kita berdua bergantian menjaga Nadine. Sayang sekali, pada dua hari terakhir aku masuk pagi sehingga Nadine harus kami bawa dengan segala permainannya ke tempat kerja. Begitu mengagumkan, dia tidak cengeng, padahal semestinya dia bosan karena harus menjalani delapan jam hanya dengan duduk saja. Sehingga kamipun berjanji membelikan hadiah untuknya.
Setelah kesenangan sesaat saat menerima gaji, kamipun bergegas pulang, mandi dan langsung ke lapang voli, Cranbrook Park. Di sana sudah menanti teman-teman, karena hari itu adalah secara resmi kami melepas Yansen dan Hasan bersama keluarga mereka. Mereka pulang karena telah menyelesaikan studinya. Tak begitu lama di lapangan voli, kamipun pamit ke rumah lagi. Berdandan untuk undangan Christmas Eve. Boss kami mengundang makan malam di salah satu rumah makan Chinese. Di sana sudah menunggu keluarga Indonesia lain yang sebagian besar adalah pegawai part time-nya. We were having fun for about two hours. Tapi, aku menolak meminum anggur lebih karena aku bawa mobil. Sanksi tak tanggung-tanggung kalau tertangkap. Kayaknya aku tak mau minum karena takut dengan sanksi bukan akibat. Sungguh naif, tapi itu kenyataan dan ku yakin banyak orang berlaku seperti diriku.
25 Desember, Christmas day
Pagi hari kami bangun dengan badan penat. Terasa kaku di kaki dan tangan. Tapi, kami bangun dengan perasaan plong, tak ada lagi kejaran alarm untuk segera ke tempat kerja. Tapi, kami tak bangun late, padahal sebelumnya kami sudah berjanji untuk memanjakan diri. Akhirnya, kami langsung bersiap ke Gereja untuk ibadah jam 8 pagi. Walaupun agak terlambat, tapi kami masih sempat mendengar khotbah natal yang penuh dengan kata jika. Sang pendeta berandai, jika Yesus lahir di Australia maka tradisi pohon pinus dipenuhi snow akan hilang, gembala menjadi cowboys, keledai dan domba menjadi kanguru, wallaby dan koala, dst... dst... Khotbah diramu dengan apik dan menggelikan saat di dengar. Selesai ibadah, kami foto sejenak dan pulang. Kekosonganpun muncul. Biasanya kalau di kampung, kami langsung makan siang bersama sanak keluarga. Setelah itu langsung silaturahmi ke tetangga dan kepada siapa saja yang bertemu di jalan. Makan malam bisa saja di salah satu rumah dan pulang saat sudah larut. Tapi ini, kami hanya berdiam di kamar. Panas yang menyengat mengharuskan kami mengurung diri dengan AC dipasang dengan high power. Untung ada janjian dengan teman-teman untuk bertemu makan siang di the Strand. Kamipun bertemu di sana dan makan bersama. Tapi kami tak bisa bersama sampai sore, semuanya harus pulang. Sehingga dari sore sampai malam hanya diisi dengan Garfield dan beberapa film action.
26 Desember, Boxing Day
Sejak pagi kami hanya berbenah rumah setelah berminggu-minggu tak dibenah. Nonton film dan menelepon keluarga di kampung sampai siang. Akhirnya, kamipun menerima undangan acara sukacita salah satu keluarga teman kami atas kelahiran anak mereka. Di Strand mereka menunggu. Ya, mereka dan banyak teman kami sudah menunggu. Menunggu makan siang bersama. Kayaknya kami terlambat. Tapi sukacita tak pernah terlambat. Kamipun larut bersama dalam kegembiraan. Saatnya membayar janji buat Nadine, kamipun mengijinkan dia untuk bermain air di Strand. Fasilitas publik yang gratis. Tak cukup itu, kamipun melanjutkan main air di rumahnya Bryan & mbak Arla. Sampai bibir Nadine kebiruan dan gelap menyelimuti Townsville. Sesampai di rumah, semuanya lapar. Tapi gerah udara tak membangkitkan apetite kami untuk makan malam. Kamipun langsung keluar, berjalan dan berjalan. Menghayati seandainya kami di kampung saat berkunjung ke kerabat. Tak seorangpun kami temui sampai muncul Patrice dan ketiga anaknya dari arah berlawanan. Merekapun memiliki alasan yang sama, menghayati natal jauh dari kerabat dan kampung halaman.
27 Desember
Tak disangka semua toko dan mall dipenuhi pembeli. Penuh! Kupikir orang Australia masih tertidur mabuk di rumah, ternyata tidak!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment