Tuesday, August 22, 2006

Catatan toejoeh poeloeh

Minggu, 23 Juli 2006. Masih terasa pedasnya ayam betutu dari Gilimanuk semalam. Perut seperti kepanasan dan bergejolak. Usahaku untuk bertanya apa artinya betutu, akhirnya ku jawab sendiri. Betutu adalah ayam utuh, tanpa mempedulikan jawabanku diterima atau tidak. Ayamnya memang enak, dagingnya lunak tapi padat. Katanya ayam kampung. Sajian ayam utuh ini dilumuri ramuan cabe yang pedas namun menantang. Bersama dengan ayam ada juga selada air rebus dan 2 jenis sambal; sambal bali dan sambal terasi. Makan di saat lapar memang nikmat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 40 menit dari Penyabangan akhirnya akupun melihat ujung Jawa bagian timur dari ujung Bali bagian barat, Gilimanuk. Sayangnya, semenanjung Jawa ini tak kelihatan utuh karena gelap. Ku bayangkan bagaimana padatnya area penyeberangan ini di saat lebaran dengan membandingkannya dengan daya tampung pelabuhan yang menurutku kecil. Ah tak usah kupikirkan tentang itu mengingat kebosanankupun belum terobati. Ataukah karena daya adaptasiku untuk lingkungan baru masih rendah? Namun, setidaknya dengan perjalanan ini bisa menyegarkan. Bangun di pagi ini tak ada yang lebih nikmat selain menunggu matahari muncul. Matahari yang ku kejar sejak pertama kali kujejakkan kakiku di tempat ini seakan malu menghadapkan wajahnya kepadaku. Dia tak mengerti bahwa aku sudah menunggunya sejak 5 hari lalu dan selama ini aku hanya melihat dirinya berselimut kabut. Dia juga tak mengerti bahwa aku sering menunggu kedatangannya sejak 2 jam sebelumnya, menepis dingin dan mimpi-mimpi kosong ketika kuarungi malam. Untung aku bisa tidur, walau kadang kubutuh secangkir arak memicunya, supaya malam cepat berlalu. Ya, malam minggu bersama ayam betutupun cepat usai. Dengan perut panas ku terima tawaran mandi di laut. Ku akui, panasnya perut bukan saja disebabkan ayam betutu, namun beberapa teguk arak yang menemani obrolan dengan teman-teman saat pulang dari Gilimanuk. Menyemplungkan badan di laut dingin, lain rasanya. Sayang, surf areanya kecoklatan. Aku harus ke tengah untuk mendapatkan pemandangan laut yang bersih. Namun, tak lama ku naik dan membilas diri. Ternyata ngopi adalah bagian yang terlewati di rutinitas pagiku, hari ini. Ajakannya lebih memikat.

No comments: