Monday, June 05, 2006
Catatan enam poeloeh doea
Senin, 5 Juni 2006.
Tersenyumlah Jogjaku...
Kenapa musti Jogja? Kalimat itu terlintas berkali-kali di benakku. Bahkan jauh sebelumnya kalimat yang sama juga melintas saat bencana melanda Nabire, Aceh dan Nias. Akhirnya pertanyaan itupun melebur luruh seiring dengan ketidakmampuanku mengira-ngira mother nature. Walaupun toh hati ini teriris melihat beruntunnya bencana yang memorak-porandakan bangsaku. Kenapa Indonesia? Bangsa yang bergelut dengan persoalan menumpuk peninggalan masa lalu: utang & kemiskinan (dua dari sekian warisan yang bisa kusebut). Tak layakkah negaraku berdiri sederajat dengan negara yang berhasil menekan jauh kemiskinan dan kebodohan? Oooh, pertanyaan-pertanyaan yang tak ku tahu siapa yang akan menjawabnya, merekapun luruh lagi.
Tapi, kuingin Jogjaku tersenyum lagi. Aku bukan pemilikmu, namun Aku adalah salah satu yang melintas tanahmu tepat sepuluh tahun yang lalu. Menikmati malam di Malioboro. Aku yang ternyenyak dengan senyummu di andong melintasi liku jalanmu, terbuai dengan alunan musik keraton dan kenyang dengan nikmatnya gudeg.
Gambar di atas berasal dari kaos produk Dagadu kesayanganku, pemberian sahabat karibku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment