Wednesday, November 23, 2005
Catatan doeabelas
23 November 2005
Mengingat Denpasar, bagiku, mengingat Puputan Badung dan Puputan Renon. Yang pernah ku pelajari di SD dulu bahwa kata puputan berasal dari perang puputan yang adalah perang habis-habisan. Barangkali nama ini dijadikan simbol dari rakyat Bali yang pantang menyerah, bahkan sampai titik darah penghabisan (menurutku). Sebetulnya nama itu tidak lebih menyentuh perhatianku selain dengan peristiwa yang berhubungan dengan kedua tempat itu. Peristiwa yang terjadi dan tidak berhubungan dengan perang habis-habisan di masa lampau. Namun peristiwa biasa yang semestinya diperlakukan biasa. Namun bagiku (dan barangkali sebagian orang) peristiwa itu luar biasa. Di kedua tempat yang berbeda ini aku pernah melakukan hal yang sama, olahraga pagi. Kelihatannya biasa. Namun, semangat olahraga yang ditunjukkan masyarakat Bali sebagai implementasi dari kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan adalah hal yang luar biasa, menurutku. Kedua tempat ini menjadi terkenal, lepas dari kegiatan malamnya yang kadangkala aduhai, karena aktifitas olahraga masyarakat di pagi hingga siang hari, apalagi di akhir minggu. Setidaknya kedua tempat ini merupakan representasi kepedulian pemerintah Denpasar dalam menampung semangat hidup sehat sebagian warganya. Arena ini bukan saja dijadikan tempat olahraga namun juga tempat menghilangkan penat beban berpikir selama seminggu kerja. Tempat di mana orang bisa bercanda di akhir pekan sambil makan bubur ayam, atau apapun itu untuk memenuhi kebutuhan ragawi dan sekaligus mengguyur pikiran dengan canda dan celoteh.
Mengingat Puputan Badung, bagiku, menggambarkan kembali saat subuh, jogging sambil dengar walkman. Menggambarkan tingkahku saat selesai olahraga mencari koran Jawa Pos untuk memenuhi hausku akan berita hari yang baru saja lalu. Menggambarkan diriku yang sementara duduk menunggu hari menghalau kepenatan siang sambil menatap percikan air telaga kecil di bawah patung di sore hari. Sembari sesekali menatap pepohonan di sekitarnya dan kadangkala menggambarkan kembali sebuah pohon besar di pojokan jalan. Ya, menggambar kembali sebuah pohon dipojokan....
Mengingat Puputan Renon, bagiku adalah cerianya pagi yang agak gersang. Sebuah lapangan luas yang begitu panas bila siang tiba, namun begitu ceria bila masih pagi. Untungnya bagian pinggirannya dinaungi pepohonan yang menyejukkan. Walaupun tak sebesar pepohonan di Puputan Badung, namun cukup sejuk dijadikan tempat santai dan canda. Apalagi bila selesai jogging pagi kemudian diikuti dengan sarapan bubur ayam. Iya, barangkali bubur ayam adalah penganan spesial bila olarhaga pagi di Puputan Renon.....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment