Aku diajarkan untuk jangan pernah menyesal, apapun itu. Sekalipun (misalnya) aku akhirnya jadi setan, semoga tidak. Walau kumaklumi bahwa sesuci apapun manusia tetap ada setannya 😁. Secara otomatis saya tinggal di antara setan, siapa yang terbengis ya?
Kembali tentang menyesal, saya memang melumpuhkan perasaan sesal dari sesal terkecil sampai yang terbesar. Sepertinya berhasil, walau godaan selalu mengiang: "kalau seandainya kau tidak begitu pasti tidak begini".
Bukan saya sok suci atau sok alim, tapi saya lebih melatih diri untuk belajar menerima setiap konsekuensi. Latihan memang kadang keras, kadang lembut saja datangnya. Lebih bersyukur kata orang beragama. Syukur yang kuat akan membelenggu sesal.
No comments:
Post a Comment