
Ada tiga gubernur yang saya kenal saat ini sementara memimpin, walau ku yakin mereka tak mengenal aku. Mereka adalah: Sinyo Sarundayang gubernur Sulawesi Utara, Fadel Muhammad gubernur Gorontalo dan yang terakhir baru ku kenal, Irwandy Yusuf gubernur Aceh. Sinyo Sarundayang kukenal atas sepak terjangnya lewat beberapa
crash programs di awal masa kepemimpinannya. Salah satunya adalah
crash program produksi jagung namun (katanya) gagal. Sinyo juga menelorkan ide besarnya dengan mengangkat Manado menjadi penyelenggara World Ocean Conference (WOC) di tahun 2009 yang di dalamnya terkomposisi atas variasi kegiatan mulai dari seminar, eksibisi sampai pertemuan pemimpin negara dunia. Kedua adalah Fadel Muhammad sang pengusaha yang menjadi gubernur. Sepak terjangnya telah mengangkat Gorontalo menjadi provinsi terdepan di Indonesia. Bahkan katanya tingkat kemiskinan di provinsi ini mengalami penurunan drastis. Yang ketiga adalah Irwandy Yusuf. Tak banyak yang ku tahu setelah peristiwa fenomenal hasil pemilihan gubernur Aceh lalu yang memenangkan Irwandy menjadi Gubernur. Keingintahuanku akhirnya terkabul ketika aku menonton kiprahnya dalam "menjual" Aceh ke manca negara. Aceh, menurutnya seharusnya merengkuh modal sebanyak-banyaknya dari luar. Salah satu rencana strategisnya adalah membuat Aceh sebagai
septic tanc raksasa bagi ekses emisi karbon. Fantasis!
Ya, ketiga gubernur ini memiliki rencana besar dengan strategi tersendiri. Masing-masing memiliki kiat bagaimana mengendalikan kapal raksasa provinsi! Sepakterjang Fadel telah terlihat hasilnya sementara kedua gubernur lainnya belum terlalu terlihat. Namun setidaknya ketiga gubernur ini memiliki kesamaan bahwa mereka memiliki nyali membuat terobosan baru dalam kepemerintahannya dan tidak stagnan. Yang memprihatinkan adalah apabila sang pemimpin tak bisa mengambil resiko namun hanya menjalankan bahtera ke mana saja arus membawanya apalagi menyambung jalan pendahulunya. Parahnya kalau dia mengikuti pendahulunya yang melempem.