Friday, August 17, 2007

Catatan seratoes doea poeloeh lima

Jumat, 17 Agustus 2007

Hari ini ku-khusuk-kan diri sesaat mengingat negeriku. Kenapa aku masih bangga dengan ke Indonesiaan-ku? Aku mencoba menjelma menjadi sosok diri penghasut yang mencoba mengusik ketentramaan rasa bangga yang duduk di singgasana hati, mencoba menutup katup nadi aliran kehangatan kebanggaan di sekujur tubuh. Tapi tetap tak bisa. Inikah yang dinamakan fanatisme? Yang barangkali mengaliri para radikalis anak negeri ketika mereka bangga menjadi teroris? Mungkin itu kesamaan, tapi beda tujuan. Tapi, apakah diriku berpotensi menjadi teroris bila ada yang mengobrak-abrik singgasana kebanggaan keindonesiaanku? Mungkin aku akan menjawab, Ya! Dalam hal ini, istilah teroris-pun menjadi kabur bila disandingkan dengan rasa nasionalisme.

Kusadari, akhir-akhir ini, menjadi Indonesia lebih beresiko. Resiko ditolak bila bepergian ke luar negeri sampai ke resiko-resiko domestik sepele seperti tak dilayani dengan pandangan sederajat di pesawat maupun di hotel dibandingkan bule. Tapi toh aku tetap bangga! Kebanggan tanpa ditawar-tawar... walau toh terlalu naif, pikirmu barangkali.

No comments: