Apa yang kau dapatkan dari seorang dosen? Gaji melimpah? hah?
Ku terdiam bila teror itu datang. Seketika ku coba sejajarkan pemahaman sejahtera seorang dosen dan seorang pengusaha bakso yang telah ber-waralaba. Lantas untuk apa sekolah tinggi bila gaji dosen negeri dan pegawai pertamina bak kaki dan kepala? Terlalu banyak ketakutan hari esok yang datang hari ini.
Aku sendiri (sayangnya) masih dikuatkan puisi Sapardi:
SELAMAT PAGI, INDONESIA
Selamat pagi, Indonesia; seekor burung mungil mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu.
Aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu
dalam kerja yang sederhana.
Bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar,
dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
Selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan para pekerja jalanan;
kami telah diam-diam bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.
Pada suatu hari nanti tentu kukerjakan sesuatu
agar kau tak sia-sia melahirkanku.
Seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu;
kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya,
aku pun pergi bekerja, menaklukkan kejemuan,
merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu.
Pada setiap matahari terbit, hai anak zaman yang megah,
biarkan aku memandang ke timur untuk membayangkanmu:
Wajah-wajah anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat, dan pura-pura.
Selamat pagi, Indonesia; seekor burung kecil
memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar: aku tak lain milikmu.
(1964)
sumber foto dan puisi: http://indonesiabertindak.multiply.com/
No comments:
Post a Comment