Wednesday, April 06, 2011

Catatan seratoes enam poeloeh lima


Hari ini aku mencoba berjalan bersama angan. Waktuku tersita dan tak mengizinkan hayalku untuk menjelajahi misteri alam dan waktu. Semuanya hilang demi mendapatkan ongkos hidup. Apakah aku salah memilih sehingga ongkos hidup tak sesuai harapan? Ah, tak apa. Kata orang sabar sedikit. Mungkin  kesabaran itu ada manfaatnya kelak.

Tapi minggu ini, aku menyempatkan untuk mengasah hayalku lagi. Sekalian membentuk alur masa depanku. Mendapatkan alternatif jalan A sampai Z menuju ke Roma yang katanya banyak jalan masuknya. Bagiku, menjadi dosen jangan miskin. Namun, menjadi dosen yang mengandalkan mahasiswanya sebagai sumber ongkos hidupnya  tak lebih dari seorang pemeras. Hartanya penuh dengan sumpah serapah dan kutukan. Aku tak mau itu. Aku tak mau sumpah serapah dan kutukan menyertai mobil, rumah dan kesenanganku. Kalau toh kelak aku memilikinya.

Sayang sekali, figur dosen cukup dilematis. Apalagi pada universitas yang sedang berkembang. Ketika tuntutan memenuhi tri darma (pendidikan & pengajaran, penelitian, dan pengabdian) dipenuhi, tuntutan itu tak dibarengi dengan hak yang semestinya diterima. Sayangya....