Ah, masak tak ada pemimpin yang berani seperti Dahlan Iskan, Mahfud MD dan Ahok atau yang lembut tapi tegas seperti Jokowi, tidak nylanah-nyleneh seperti... (siapa ya) atau malah yang hanya normatif seperti... (siapa juga ya?). Kalo mimpin gaya normatif mah semua bisa tinggal dikasih otak. Toh negara ini akan berjalan dengan sendirinya. Gak perlu ada pemimpin bangsa yang cepat tanggap, toh rakyat akan bergerak dengan tangkasnya saat bencana. Saat resesi pelaku ekonomi akan berusaha membenahi diri dengan atau tanpa sang pemimpin normatif itu. Atau, ada juga sang pemimpin de ja vu, yang menginginkan masa lalu kembali lagi seperti saat ini. Dikira penduduk masa lalu itu hanya itu-itu saja, gak ada regenerasi. Dikira juga penduduk saat ini hanya bisa membedakan mobil dan motor saja? Mereka sudah bisa membedakan mana Avanza dan mana Fortuner, Bos! Jangan bermimpi ke belakang lah. Masa revolusi dulu hanya pake bambu runcing, sekarang semua tinggal klik.
Citra mencitrakan tak keliru, tetapi tak perlu lewat kata-kata. Kerja sono! Kerja yang banyak! Pikir banyak gak sampe keringetan dan keriputan gak terlelu penting. We need a leader equipped with a smart thought and fast action! Its already too late if we have to do lots of thinking! Debat bolehlah, tapi actionnya cepat! Jangan debatnya makan setahun sampai Undang-Undang menggantung. Setiap keputusan pasti ada resiko, lebih baik beresiko daripada milih diam. Sehingga kisruh makin dalam. Itu lebih beresiko Om. Lho koq Om? Tantenya mana? Well, tantenya katanya lagi sedih mikirin rakyat....(mikir mulu).