28 Desember 2007
Mengapa harus Benazir?
Pagi ini ku kabungi diriku sendiri. Seorang pejuang besar telah berpulang. Banyak orang besar menurut kacamataku berpulang dengan cara keji. Bayaran terhadap mimpi demokrasi dan reformasi kebanyakan membutuhkan tumbal. Kali ini yang terpilih adalah dirimu, ibunda. Tapi, ku tak tahu seberapa banyak manusia baik akan menjadi tumbal? Tumbal sebetulnya adalah hasil keserakahan pesaing yang tak mampu berdebat. Dia juga adalah klimaks dari sekian ketakutan para pesaing. Dunia ternyata masih tetap ganas.
Pulanglah ibunda. Pulanglah ke padang bunga abadi. Pada tempat dimana jiwa tak dibatasi raga lagi. Pada tempat dimana kau tak perlu bermimpi lagi karena disana adalah mimpi itu sendiri
No comments:
Post a Comment