Wednesday, January 17, 2007

Catatan sembilan poeloeh delapan

Rabu, 17 Januari 2007 Dewan Revolusi

Membaca berita tentang terbentuknya Dewan Revolusi, anganku langsung menjejak jauh ke belakang, saat ku membaca 30 tahun Indonesia Merdeka, menonton film perjuangan dan pemberontakan G-30S/PKI, sampai ke sebuah buku berjudul Permesta, Perjuangan Setengah Hati. Semua bayangan hitam putih foto dan film menyatu menjadi sekuel slideshow di kepalaku. Akupun merinding, anganku mengubah diriku seperti seorang bocah yang ditinggalkan orang tuanya di tengah deru kendaraan perang. Kotor dan menangis tak ada yang peduli. Apakah kita akan perang lagi? Barangkali terlalu jauh ku berpikir demikan, tapi wajar, karena konsep berpikir di kepalaku sudah terbentuk demikian. Konsep yang terbentuk ketika dijejali informasi berbagai revolusi di negara berkembang, kudeta militer di Myanmar, Thailand, Filipina, Kamboja. Merekalah sumber referensi yang paling dekat dan sempat kucerna. Mereka tak mau hilang dari kepalaku!

Bangsaku dalam bahaya! Walau ku tak sanggup menaksir seberapa besar kadar bahayanya. Dia dibombardir sana sini, ditusuk juga dari dalam!

Perubahan radikal kadangkala perlu. Tapi tak cukupkah contoh perubahan radikal secara politis yang malah membuat rakyat sengsara? Maaf kalau aku pesimis. Aku tak peduli siapapun pimpinan yang mati akibat revolusi (baca: perang), tapi mereka, rakyat kita yang selalu menjadi tempat tumpah nestapa bangsa. Mereka yang selama ini hanya dihibur dengan eforia sesaat tapi sengsara bersaat-saat. Kenapa tidak memadu tangan dan hati membuat Revolusi Gizi, Revolusi Pertanian, Revolusi Industri, Revolusi Pendidikan? Ataukah sasaran Dewan Revolusi adalah juga memayungi revolusi-revolusi ini?... Maaf, akupun masih tak percaya. Logikaku berkata, bila ada gejolak lagi maka kita akan vakum 2 sampai 3 tahun ke depan, rakyat terombang-ambing tanpa pendapatan yang berarti, bangsa lain secara eksponensial maju menjauh.

No comments: