Tuesday, March 27, 2007

Catatan seratoes tiga belas

Selasa, 27 Maret 2007.

Catatan tentang Laptop
Bila tak ada masalah keuangan, laptop akan ku beli dengan kapasitas simpan yang paling banyak, RAM yang paling tinggi dan tak kalah lagi adalah merek yang paling bergengsi. Ternyata ada jiwa pamer dalam diriku... hehehe. Sayang sekali, sebagai student yang sangat tergantung dengan beasiswa, yang menjadi pertimbangan gengsi adalah kata laptop itu sendiri, bukan merek lagi! Laptop bukan desktop! Dijinjing bukan dipikul! Orang tak melihat lagi diriku yang sebagai mahasiswa pasca sarjana ngantri menunggu menggunakan desktop di warnet, perpustakaan, dll! Alaah... kuyakin, hal ini juga yang dipikirkan wakil rakyat kita! Bedanya dengan diriku, ya... mereka jarang ngantri di warnet dan di perpustakaan...

Friday, March 23, 2007

Catatan seratoes doea belas

Jumat, 23 Maret 2007. Dua kali aku menonton Men of Honour yang dibintangi Robert de Niro dan Cuba Gooding Jr. Film. Film ini menceritakan perjuangan Carl (Cuba) menjadi orang negro pertama menjadi penyelam di Angkatan Laut Amerika, bagaimana perjuangannya menghadapi sikap rasis lingkungannya dan bagaimana menghadapi tekadnya sendiri. Sebuah film heroik yang memang mengangkat honor kesatuan tempat dia mengabdi dan diri sendiri apalagi dia bukan berasal dari golongan putih. Rasa bangga akan diri sendiri memang tak terlepas dari mana dia berada. Seorang atlet yang bertarung di sebuah pertandingan dunia akan bangga mewakili negaranya, diapun bangga mewakili provinsinya saat seleksi tigkat nasional, bangga mewakili kabupatennya dalam selekda, bangga mewakili kecamatannya dan bahkan kampungnya. Namun kadangala rasa bangga itu terlalu ekstrim. Seorang temanku dari etnis Tionghoa bahkan tak mau mendengar kata China, namun herannya dia menerima bila orang mengatakan Chinese. Ya, aku tahu dia pernah terluka sehingga Australia menjadi tempat pelariannya. Beberapa kali aku meminta maaf karena keceplosan menyebut kata itu walau aku tak bermaksud mengejeknya. Ku akui bahwa selama 17 tahun mengenyam pendidikan formal di Indonesia kata itu sering keluar dan bahkan di pergaulan sehari-hari. Kata itu sudah terpahat di kepalaku dan hujan sehari saja tak akan bisa melenyapkannya. I am sorry, buddy!

Monday, March 19, 2007

Catatan seratoes sebelas

Senin, 19 Maret 2007.

Ketika me-Nyepi
Di kesunyian sebetulnya aku merasakan keramaian: kerlipan mata agung diantara pepohonan, bisikan dedaunan, lenguhan angin, pahatan air di bebatuan, semut yang sibuk, ibu burung yang mencandai anaknya, belalang mandi, unggas mengais, cacing tanah yang menggeliat gemas... Mendengar mereka yang ingin bersahabat denganku!

Dalam kesunyian aku mendengar diri, mendengar degup nafsunya yang mengalir, menembus lorong-lorong tubuh bahkan pada ujung rambut sekalipun! Mendengar gemeretak gigi dan tulang pada kepasrahan menahan nafsu. Dan, perlahan mereka meredup, sampai ketika tak kubedakan lagi tubuhku dengan angin dengan tanah dengan air...

Friday, March 09, 2007

Catatan seratoes sepoeloeh

Jumat, 9 Maret 2007.

Pagi ini kepalaku penuh. Penuh dengan tanda tanya dan kebanyakan tanpa jawaban. Bahkan terasa jauh dari jangkauan pikirku. Ya pikirku, bukan pikir orang lain. Karena barangkali bagi mereka apa yang kupikir mudah. Namun bukan berarti apa yang berat bagi pikir mereka adalah berat bagiku jua! That’s life! Aah, sesekali aku harus mengikuti nasehat Ebiet untuk bertanya pada rumput yang bergoyang, bukan rumput yang diam atau bengong.

Tuesday, March 06, 2007

Catatan seratoes sembilan

Selasa, 6 Maret 2007.

Banyak yang berubah dalam diri Nadine yang sudah beranjak 6 tahun 5 Desember lalu. Waktu yang dipakainya di depan cermin makin lama, pose kiri kanan dan kadang mempermainkan mimik wajah. Rasa percaya dirinyapun makin tumbuh yang hilang saat pertamakali dia shock dengan suasana baru dan bahasa baru. Pulang sekolah dia bilang, Mom-Dad I was a busy girl at school. Ooo, ternyata dia menjadi instruktur komputer bagi teman-temannya. Hari-hari di sekolah dilaluinya dengan gembira, apalagi bila mendapatkan sticker dari gurunya. Kamipun terkagum saat di kolam renang dia menunjukkan progress, yang bagi kami luar biasa, apalagi dengan goggle yang baru. Dia sudah bisa berenang sejauh 3 meter tanpa menggunakan pelampung. Sampai pada suatu momen dia mengatakan bahwa diapun sudah bisa tahan nafas lama di dalam air. Awalnya kami terkagum, namun makin lama kami makin curiga. Kenapa badannya saat masuk ke air tak menghadap kami, namun menghadap ke arah lain? Ternyata dia lagi asyik menonton sepasang anak muda yang lagi berpelukan di dalam air...

Catatan seratoes delapan

Selasa, 6 Maret 2007. Menonton film tahun 1992, Scent of A Woman yang dibintangi sang pemenang Oscar, Al Pacino sebagai Letkol Frank Slade dan Chris O’Donell sebagai Charlie begitu menggelikan. Dari sekian dialog, aku tertegun dengan ungkapan sang Kolonel (cuz he preferred to call him Colonel) saat dia mengelus kucingnya sebelum keluar rumah: When you doubt, F***k! Apa artinya ini? Setidaknya bagiku ada 3 kesan dari ungkapan ini: 1. Ungkapan itu menawarkan “pelarian” or stress relieving 2. Bernuansa otoritas yang kuat kepada yang lemah 3. Enak aja dia bilang begitu! F***k nenekmu!

Saturday, March 03, 2007

Catatan seratoes toejoeh

Sabtu, 3 Maret 2007.
Berenang di pagi hari begitu menyenangkan! Apalagi berenang di tempat umum, di fasilitas publik Riverway-Thuringowa. Yang membuat kita beranjak karena mata tak tahan. Perih bila sudah berjam-jam di air. Jadi, kapan jadi Deni-manusia ikan kalau toh berenang tak tahan sama perih mata? Tak apa, yang penting di sana aku melihat ada banyak kepentingan dan kepedulian. Aku tak melihat dari segi kepentingan namun dari sisi kepedulian. Ya, disana ada kepedulian pemerintah untuk menyediakan fasilitas publik yang sehat dan menyenangkan. Segala bentuk ekspresi warga bisa dipamerkan di tempati ini. Rencananya selain fasilitas kolam renang, tempat ini juga akan dibangun amphi-theatre dan ajang sosialisasi masyarakat lainnya. Titik! Stop! Bila kulanjutkan lagi, tulisanku akan bercerita tentang perbandingan di mana pemerintah negaraku akan menjadi pesakitan lagi.

Dalam gemericik air kolam aku sempatkan berdiam diri. Terasa damai. Satu-satu orang melintas di depanku, namun kepalaku tetap saja tertengadah menyimak lekuk awan. Ada beberapa burung melintas pada ketinggian berbeda. Diafragma mata kumainkan. Mataku akhirnya membuntuti seekor burung yang terbang tinggi sekali dengan tenang. Tiba-tiba kuingat ibuku yang sendiri, sudah cukupkah ucapan selamat ulangtahunku kemarin? Aku terasa makin jauh dengan ibuku. Terlalu lama dia tak melihat sosok anaknya. Kuingin sampaikan lagi: Selamat Ulang Tahun, Ma! Semoga Papa tersenyum padamu dari atas sana. I love you!