Wednesday, December 14, 2005

Catatan doea poeloeh tiga

14 Desember 2005 Jalan pagi di Townsville cukup menyegarkan, asalkan tidak dilakukan setelah jam 7 pagi. Apalagi saat musim panas seperti saat ini. Walau pandang mata sering tertuju ke dataran tandus diselingi eucalyptus atau semak-semak kering, namun udaranya cukup segar. Penduduk begitu peduli akan hijaunya halaman rumah mereka walau di sekitarnya gersang. Konsumsi air untuk menghijaukan halaman cukup tinggi memang. Castle Hill adalah areal olahraga yang cukup menantang di kota ini. Tebingnya yang curam membutuhkan perhatian ekstra untuk menjejakinya, apalagi bila melewati jalan tikus ke puncak. Lain halnya bila mengambil jalan memutar, yang dibutuhkan hanya perhatian ekstra bila melewati tikungan, selalu ada saja mobil datang dari atas bukit. Ya, menikmati bersepeda dan jalan pagi ke Castle Hill mengikis kebosanan akan rutinitas kerja. Walau hal tu tak mengikis rindu dan kenangan... Setidaknya menjejakkan kaki di puncak bukit ini membuat kenangan baru, sebuah episode hidup yang terjalani. Menggambarkan matahari pagi di tanah orang yang tidak bisa digantikan oleh sosok matahari yang sama yang terlihat di tanah lain. Bahkan di tanah air sekalipun. Sebuah memori yang tersimpan, masuk lewat semua indra. Ketika mata memandang indahnya matahari pagi mengguyur Townsville dan Magnetic Island, bau daun eucalyptus dan rumput kering dan sea breeze yang sejuk menerpa tubuh yang penuh keringat. Ketika ku ingin membandingkan, memang kadar keindahan alam Townsville masih jauh dibandingkan Rotterdam, Hamburg, Kopenhagen, Gottenberg bahkan Oslo, kota yang kukagumi alamnya selama ini. Oslo adalah kota klasik namun hidup. Tidak sama dengan beberapa kota di Eropa yang sudah klasik, mati lagi. Townsville memang tidak sama dengan mereka, tidak sama dengan Manado, yang bagiku masih lebih indah bila dipoles. Cuma masalah poles memoles saja. Harus diakui, Townsville adalah sebuah kota hijau yang berdiri di dataran tandus. Walau masih kentara ketandusannya pada beberapa tempat namun usaha keras penduduk dan pemerintah membuatnya indah. Sementara kotaku, ya... Manado kotaku, yang sudah mendapat anugrah berdiri di tempat yang hijau namun kotornya bukan main. Banyak kota di Indonesiapun sama halnya. Bahkan kota wisata seperti Denpasar masih ada tempat-tempat yang kotor dan kumuh.

1 comment:

Anonymous said...

tiap kota punya kecantikannya masing2... dan tiap kota yang kita singgahi punya gambaran tersendiri yang membekas dan menorehkan kenangan di sudut hati... so enjoy the life you have today and be thank you have been given an opportunity to be where you are...

(yang lagi kepingin banget bisa mengunjungi ayers rock...)